Patofisiologi
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh spiroketa, Treponema
pallidum . Sifilis memiliki stadium oenyakit primer, sekunder, dan tersier
(atau laten). Gejala klinis, infektivitas pasien, dan pengobatan bervariasi
sesuai stadium penyakit. Demikian pula,
infeksi kongetinal memiliki stadium klinis yang unik (lihat pembahasan terpisah
tentang sifilis kongenital baca disini). Manusia adalah satu-satunya pejamu,
dan spiroketa yang rentan ini tidak dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama
di luar tubuh manusia. Insidensi tertinggi infeksi terjadi pada orang dewasa
muda, dan transmisi melalui kontak intim dalam bentuk lain jarang terjadi.
Selain itu, transmisi vertikal juga dapat terjadi selama kehamilan, yang
menyebabkan infeksi fetal dan sifilis kongenital.
Diagnosis
Spiroketa motil dari lesi atau eksudat
jaringan dapat diidentifikasi dengan mikroskop lapangan gelap. Selain uji
antibodi fluoresen direk, mikroskop lapangan gelap ini dapat digunakan untuk
mendiagnosis penyakit dini. Biasanya, uji serologik digunakan untuk
mengkonfirmasi atau mendiagnosis sifilis. Serologi tidak dapat digunakan untuk
membedakan stadium klinis sifilis, karena pasien seroreaktif pada semua
stadium. Terdapat dua jenis uji serologik, uji treponemal dan uji nontreponemal.
Hasil positif palsu dapat terjadi pada kedua jenis uji ini; oleh karena itu,
untuk mengkonfirmasi diagnosis sifilis diperlukan uji treponemal positif dan
uji nontreponemal positif.
Uji antibodi treponemal fluoresen yang
diabsorpsi (FTA ABS, fluorescent
treponemal antibody absorbed) dan uji aglutinasi partikel T. Pallidum
(TP-PA, T. Pallidum particle
agglutination) adalah uji treponemal. Uji treponemal biasanya tetap positif
seumur hidup meskipun telah diberi pengobatan yang adekuat. Uji serologik reagin
plasma cepat (RPR,rapid plasma reagin)
dan uji Venereal Disease Reseach
Laboratory (VDRL), keduanya merupakan uji nontreponemal. Uji-uji tersebut
tidak menguji secara langsung adanya antibodi untuk sifilis, tetapi lebih
kepada komponen selularnya. Uji RPR dan uji VDRL, 70% reaktif dalam 2 minggu
setelah timbulnya chancer dan 100% reaktif pada sifilis sekunder atau laten.
Setelah pengobatan, uji nontreponemal biasanya menjadi nonreaktif sesudahnya.
Penurunan titer empat kali lipat menunjukkan keberhasilan pengobatan, Sedangkan
peningkatan titer empat kali menunjukkan relaps atau reinfeksi.
Gejala Klinis sifilis (baca disini)
Komplikasi klinis dan Tata Laksana/ Pengobatan (baca disini)
0 Komentar
Penulisan markup di komentar