Patofisiologis dan Diagnosis pada sifilis (siraja Singa)

11:19:00
Patofisiologi
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh spiroketa, Treponema pallidum . Sifilis memiliki stadium oenyakit primer, sekunder, dan tersier (atau laten). Gejala klinis, infektivitas pasien, dan pengobatan bervariasi sesuai stadium penyakit.  Demikian pula, infeksi kongetinal memiliki stadium klinis yang unik (lihat pembahasan terpisah tentang sifilis kongenital baca disini). Manusia adalah satu-satunya pejamu, dan spiroketa yang rentan ini tidak dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama di luar tubuh manusia. Insidensi tertinggi infeksi terjadi pada orang dewasa muda, dan transmisi melalui kontak intim dalam bentuk lain jarang terjadi. Selain itu, transmisi vertikal juga dapat terjadi selama kehamilan, yang menyebabkan infeksi fetal dan sifilis kongenital.

Diagnosis
Spiroketa motil dari lesi atau eksudat jaringan dapat diidentifikasi dengan mikroskop lapangan gelap. Selain uji antibodi fluoresen direk, mikroskop lapangan gelap ini dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit dini. Biasanya, uji serologik digunakan untuk mengkonfirmasi atau mendiagnosis sifilis. Serologi tidak dapat digunakan untuk membedakan stadium klinis sifilis, karena pasien seroreaktif pada semua stadium. Terdapat dua jenis uji serologik, uji treponemal dan uji nontreponemal. Hasil positif palsu dapat terjadi pada kedua jenis uji ini; oleh karena itu, untuk mengkonfirmasi diagnosis sifilis diperlukan uji treponemal positif dan uji nontreponemal positif.


Uji antibodi treponemal fluoresen yang diabsorpsi (FTA ABS, fluorescent treponemal antibody absorbed) dan uji aglutinasi partikel T. Pallidum  (TP-PA, T. Pallidum particle agglutination) adalah uji treponemal. Uji treponemal biasanya tetap positif seumur hidup meskipun telah diberi pengobatan yang adekuat. Uji serologik reagin plasma cepat (RPR,rapid plasma reagin) dan uji Venereal Disease Reseach Laboratory (VDRL), keduanya merupakan uji nontreponemal. Uji-uji tersebut tidak menguji secara langsung adanya antibodi untuk sifilis, tetapi lebih kepada komponen selularnya. Uji RPR dan uji VDRL, 70% reaktif dalam 2 minggu setelah timbulnya chancer dan 100% reaktif pada sifilis sekunder atau laten. Setelah pengobatan, uji nontreponemal biasanya menjadi nonreaktif sesudahnya. Penurunan titer empat kali lipat menunjukkan keberhasilan pengobatan, Sedangkan peningkatan titer empat kali menunjukkan relaps atau reinfeksi.

Gejala Klinis sifilis (baca disini)
Komplikasi klinis dan Tata Laksana/ Pengobatan (baca disini)

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔