Pasien yang
mengalami mastitis datang dengan demam ringan, nyeri tekan payudara, eritema
dan edema lokal, dan malaise. Perempuan yang tidak sedang menyusui juga dapat
mengeluhkan keluarnya sekret dari puting.
Patofisiogis
Infeksi payudara
meliputi mastitis dan abses. Keadaan ini, termasuk puerperal (juga disebut
”demam susu”), paling sering terjadi pada perempuan yang menyusui; keadaan ini
biasanya terjadi 2-3 minggu setelah melahirkan, dengan separuh infeksi terjadi
pada 12 minggu pertama postpartum. Infeksi pada perempuan yang tidak menyusui
jauh lebih jarang dan dapat dihubungkan dengan ektasia duktus. Penyakit lain
seperti karsinoma dan nekrosis lemak dapat menyebabkan massa payudara dan
peradangan yang menyerupai infeksi. Tempat mastitis laktasional yang paling
sering adalah dikuadran luas atas. Mastitis laktasional merupakan penyebab
stasis susu, yang dapat dihubungkan dengan banyak faktor, termasuk pola
menyusui tidak teratur atau terputus, posisi yang buruk selama menyusui,
penyakit, puting yang rusak, dan hiperlaktasi. Stasis dan inspisasi menyebabkan
suatu respons peradangan terhadap komponen susu yang menginfiltarasi jaringan
payudara di sekitarnya. Infeksi bakteri sekunder dapat terjadi, biasanya
melibatkan Staphylococcus. Mastitis
nonlaktasional dengan abses subareolar disebabkan oleh ekstasia duktus, yang
melibatkan proses yang kompleks berupa dilatasi duktus, peradangan, dan infeksi
bakteri sekunder.
Diagnosis
Abses dapat sulit
didiagnosis karena tidak adanya fluktuasi yang dapat diraba dan ketidakmampuan
melakukan palpasi secara dalam karena ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.
Ultrasonografi dapat berguna dalam menentukan lokasi abses dan menuntun
prosedur drainase. Abses payudara memerlukan konsultasi bedah atau ginekologik
untuk insisi dan drainase. Perempuan yang tidak menyusui dengan kecurigaan
mastitis harus dirujuk ke ahli bedah onkologi untuk menjalani biopsi dengan
tujuan menyingkirkan karsinoma inflamatorik.
Komplikasi
Klinis
Infeksi yang
tidak diobati dan yang diobati secara tidak tepat dapat menyebabkan
terbentuknya abses, sepsis, dan mastitis rekuren. Insidensi mastitis rekuren
dalam periode laktasi yang sama adalah 6-23%. Abses subareolar dapat
menyebabkan rekurensi yang sering terjadi dan terbentuknya fistula.
Tata
Laksana
Mastitis
laktasional harus diobati dengan antibiotik (misalnya dikloksasilin,
sefaleksin) dan obat anti nyeri. Pasien seharusnya terus menyusukan kedua
payudaranya, atau sekurang-kurangnya mengeluarkan susu secara cepat pada sisi
yang terkena, karena penghentian menyusui dapat mengeksaserbasi stasis susu
yang dapat menjadi dasar penyebab mastitis. Abses seharusnya diobati dengan
antibiotik yang di mulai di unit gawat darurat (UGD), serta konsultasi on-site segera untuk dekompresi dengan
aspirasi jarum (dengan panduan ultrasonografi, jika perlu), drainase kateter
kontinu, atau insisi dan drainase diruang operasi.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar