Gejala Klinis
Pasien
yang mengalami uretritis datang dengan nyeri saat berkemih dan terdapat sekret
uretra. Gatal di uretrajuga sering terjadi; namun, banyak pasien relatif
bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul juga dapat berupa frekuensi dan
urgensi berkemih.
Patofisiologi
Agen
etiologi yang paling mungkin menyebabkan uretritis akut adalah Neisseria gonorrhoeae (GCU, gonococcal urethrittis) dua kali lebih sering
dan berhubungan dengan morbiditas yang lebih tinggi di bandingkan GCU. Spesies
Chalmydia adalah organisme utama yang terlibat pada NGU; spesies lainnya
meliputi Ureaplasma spp, Trichomonas spp., dan virus herpes simpleks. Penyebab
noninfeksius pada ureteritis termasuk sindrom Reiter dan penyakit
Kawasaki. Uretritis traumatik disebabkan oleh reaksi perdagangan terhadap
masuknya benda asing, instrumen medis, atau kateter urin.
Diagnosis
Uretritis
merupakan indikasi pemeriksaan genitourinaria yang lengkap. Temuan yang
mendukung meliputi sekret bening sampai kuning-kecoklatan, edema meatus,dan
nyeri tekan saat palpasi di sepanjang uretra (pada laki-laki).

Penting untuk mempertimbangkan kemungkinan terkenanya sendi atau mata. Evaluasi laboratorium meliputi urinalisis, apusan uretra untuk gonorea dan klamidia, kultur, dan pewarnaan Gram. Idealnya, apusan harus diperoleh sekurang-kurangnya 2 jam setelah berkemih untuk mencegah hilangnya bakteri terkena urin. Tidak adanya sel darah putih sama sekali pada apusan uretra menunjukkan uretritis.
Komplikasi Klinis
Komplikasi
uretritis meliputi penyakit radang panggul (PID, pelvic inflammatory disease) pada perempuan, prostatitis pada
laki-laki, penyakit gonokokal diseminata pada kedua jenis kelamin, dan
penyebaran epidemiologik dalam suatu komunitas. Gonorea bersifat sangat
infeksius; satu kali berhubungan seksual tanpa pelindung dengan pasangan yang
terinfeksi membawa resiko tranmisi sebesar 80% pada perempuan, dan 20% pada
laki-laki. Faring terkena pada 40% laki-laki homoseksual dan 7% heteroseksual
dengan GCU. Pemberitahuan dari lembaga kesehatan masyarakat, edukasi pasien
mengenai resiko reinfeksi, dan rujukan bagi pasangan seksual pasien sangat
penting.
Tata Laksana (Pengobatan)
Pengobatan
kasus kasus uretritis nonkomplikata secara empriris disesuaikan untuk mencakup
GCU dan NGU, Karena koinfeksi sering terjadi. Dosis tunggal siprofloksasin
dianjurkan untuk GCU, meskipun laporan terbaru memperlihatkan peningkatan N. gonorrhoeae yang resisten-kuinolon.
Untuk NGU, azitromisin dan doksisiklin sama efektifnya.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar