Gejala Klinis
Pasien
yang mengalami penyakit radang panggul (PID, pelvic
inflamumatoy disease) datang dengan berbagai gejala, tunggal atau dalam
kombinasi, yang meliputi sekret vagina, nyeri abdomen, dispareunia, perdarahan
vgina, disuria, malaise, mual, muntah, dan demam.
Patofisiologi
Berbagai
bakteri terlibat pada patogenesis PID, termasuk N. gonorrhoeae, chlamydia trachomatis, haemophilus influenzae, bakteri
enterik (misalnya Bacteroides fragilis), streptococcus agalactiae, sitomegalovirus (CMV, cytomegalovirus), Mycoplasma hominis, dan ureaplasma urealyticum. Sebagian
besar kasus PID kemungkinan disebabkan oleh infeksi asendens ke saluran
genatalia bawah.
Diagnosis
dapat sulit di tegakkan, dan banyak kasus ringan yang mungkin tidak di kenali.
Meskipun sebagian besar kasus terdiagnosis berdasarkan keadaan klinis, standar
emas untuk diagnosis adalah laparoskopi. Temuan fisik meliputi demam,
takikardia, nyeri tekan adneksa bilateral. Defans muskular dan nyeri lepas
dapat terjadi pada pemeriksaan abdomen. Kriteria minimal untuk diagnosis klinis
meliputi nyeri tekan adneksa atau nyeri goyang serviks pada perempuan yang
aktif secara seksual di mana tidak di temukan penyebab lain.
Temuan
penunjang meliputi suhu oral lebih dari 38,8 derajat celcius, sekret vagina sel
darah putih pada preparat salin cairan vagina, bukti laboratorium untuk infeksi
N. gonorrheae atau C. trachomatis, peningkatan C-reaktif, dan
peningkatan laju endap darah (LED). Nilai prediktif positif pada diagnosis
klinis sebesar 65-90%.
Komplikasi Klinis
Komplikasi
yang paling sering berhubungan dengan kerusakan dan pembentukan parut pada
saluran genatalia atas, yang dapat menyebabkan intertilitas, kehamilan etopik
diamasa mendatang, dan nyeri panggul kronik. Komplikasi lainnya meliputi abses
tubo-ovarian (TOA, tubo-ovarian abscess),
dan Fitz-Hugh-Curtis.
Tata Laksana
Keputusan
untuk mengobati PID sebagai pasien rawat inap bukan sebagai pasien rawat jalan
dilakukan pada pasien dengan faktor-faktor seperti kehamilan, kegagalan
pengobatan pada pasien rawat jalan awal, ketidakmampuan menerima regimen
antibiotik oral, penyakit klinis yang berat, adanya TOA, dan adanya diagnosis
alternatif yang berpotensi serius (misalnya apendisitis). Terapi antimikroba
harus berspektrum luas dan ditujukan pada semua patogen potensial. Terapi lini
pertama untuk pasien rawat inap adalah sefoksin atau sefotetan, di tambah
doksisiklin atau klindamisin, di tambah gentamisin. Terapi untuk pasien rawat
jalan adalah ofloksasin atau levofloksasin, atau sefriakson intramuskular dan
doksisilin oral; regimen ini dapat diberikan dengan atau tanpa metronidazol.
klinisi harus mengacu pda rekomendasi terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk
dapat pemberian dosis dan durasi terapi yang dapat di terapkan.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar