Pengobatan Penyakit Radang Panggul

11:55:00


Gejala Klinis
Pasien yang mengalami penyakit radang panggul (PID, pelvic inflamumatoy disease) datang dengan berbagai gejala, tunggal atau dalam kombinasi, yang meliputi sekret vagina, nyeri abdomen, dispareunia, perdarahan vgina, disuria, malaise, mual, muntah, dan demam.

Patofisiologi
Berbagai bakteri terlibat pada patogenesis PID, termasuk N. gonorrhoeae, chlamydia trachomatis, haemophilus influenzae, bakteri enterik (misalnya Bacteroides fragilis), streptococcus agalactiae, sitomegalovirus (CMV, cytomegalovirus), Mycoplasma hominis, dan ureaplasma urealyticum. Sebagian besar kasus PID kemungkinan disebabkan oleh infeksi asendens ke saluran genatalia bawah.

Diagnosis
Diagnosis dapat sulit di tegakkan, dan banyak kasus ringan yang mungkin tidak di kenali. Meskipun sebagian besar kasus terdiagnosis berdasarkan keadaan klinis, standar emas untuk diagnosis adalah laparoskopi. Temuan fisik meliputi demam, takikardia, nyeri tekan adneksa bilateral. Defans muskular dan nyeri lepas dapat terjadi pada pemeriksaan abdomen. Kriteria minimal untuk diagnosis klinis meliputi nyeri tekan adneksa atau nyeri goyang serviks pada perempuan yang aktif secara seksual di mana tidak di temukan penyebab lain.
Temuan penunjang meliputi suhu oral lebih dari 38,8 derajat celcius, sekret vagina sel darah putih pada preparat salin cairan vagina, bukti laboratorium untuk infeksi N. gonorrheae atau C. trachomatis, peningkatan C-reaktif, dan peningkatan laju endap darah (LED). Nilai prediktif positif pada diagnosis klinis sebesar 65-90%.

Komplikasi Klinis
Komplikasi yang paling sering berhubungan dengan kerusakan dan pembentukan parut pada saluran genatalia atas, yang dapat menyebabkan intertilitas, kehamilan etopik diamasa mendatang, dan nyeri panggul kronik. Komplikasi lainnya meliputi abses tubo-ovarian (TOA, tubo-ovarian abscess), dan Fitz-Hugh-Curtis.

Tata Laksana
Keputusan untuk mengobati PID sebagai pasien rawat inap bukan sebagai pasien rawat jalan dilakukan pada pasien dengan faktor-faktor seperti kehamilan, kegagalan pengobatan pada pasien rawat jalan awal, ketidakmampuan menerima regimen antibiotik oral, penyakit klinis yang berat, adanya TOA, dan adanya diagnosis alternatif yang berpotensi serius (misalnya apendisitis). Terapi antimikroba harus berspektrum luas dan ditujukan pada semua patogen potensial. Terapi lini pertama untuk pasien rawat inap adalah sefoksin  atau sefotetan, di tambah doksisiklin atau klindamisin, di tambah gentamisin. Terapi untuk pasien rawat jalan adalah ofloksasin atau levofloksasin, atau sefriakson intramuskular dan doksisilin oral; regimen ini dapat diberikan dengan atau tanpa metronidazol. klinisi harus mengacu pda rekomendasi terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk dapat pemberian dosis dan durasi terapi yang dapat di terapkan.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔