Sporotrikosis/ Penyakit Kulit

Gejala Klinis

Pasien datang dengan lesi kulit yang relatif tidak teras nyeri dan tidak menyembuh di area yang tertusuk duri selama 1-4 minggu sebelumnya. Namun, banyak pasien tidak ingat tentang trauma pencetusnya.

Patofisiologi

Sporotrikosis adalah suatu infeksi jamur kronik pada jaringan kutan/subkutan yang disebabkan oleh sporothrix scenckii, suatu organisme yang hidup pada bahan tanaman yang mebusuk tetapi juga telah diisolasi dari kuku hewan. S. Schenckii  adalah suatu jamur dimorfik termal yang terdapat sebagai suatu kapang (mold) pada suhu ruangan dan sebagai ragi (yeast) pada jaringan pejamu. Pasien menderita suatu inokulasi traumatik kapang, yang menyebabkan timbulnya nodul secara lokal dan di sepanjang sistem limfatik regional. S. Schenckii bersifat patogenik meskipun pada pasien yang imunokpmpeten.

Diagnosis

Diagnosis bergantung pada manifestasi kulit yang dikenali. Bentuk kulit yang terfiksasi dimulai sebagai papul di tempat inokulasi yang secara lambat membesar dan menjadi nodular. Nodul ini dapat mengalami ulserasi dan menimbulkan drainase nonpurupelen. Karena penyebaran limfangitik, mungkin terdapat lesi tambahkan dan limfadenopati di proksimal terhadap lesi awal; keadaan ini disebut bentuk limfokutaneus. Kultur jamur adalah standar emas untuk dianosis, karena lesi dapat menyerupai infeksi lain, seperti infeksi nokardinal, stafilokokus, dan mikrobakterium, sifilis, dan karsinoma sel basal (BBC, basal cell caricinoma). Kultur spesimen jaringan yang sebenarnya diperlukan karena kultur drainase luka terbukti tidak cukup.

Komplikasi Klinis

Komplikasinya meliputi perjalanan penyakit menjadi kronik, superinfeksi, dan penyakit diseminata secara sistemik. Orang dengan ganguan imun berisiko mengalami bentuk penyakit maningitik, artritik, dan penyakit sistemik yang mengancam nyawa. Sporotrikosis paru telah dilaporkan disebabkan oleh inhalasi organisme.

Tata Laksana

Panas yang diberikan secara lokal terbukti memperbaiki penyembuhan. Hampir semua pasien memerlukan pengobatan farmakologik untuk membersihkan infeksi, karena perbaikan spontan jarang terjadi meskipun pada pejamu normal. Di negara maju, itrakonazol adalah pengobatan yang lebih di pilih untuk penyakit nondiseminata pada situasi dimana harga terapi tidak melebihi keuntungan yang diberikan oleh terapi ini. Kalium iodida (SSKI), terbinafin, dan flukonazol juga merupakan pengobatan pilihan, meskipun agak kurang efektif. Untuk sporotrikosis diseminata atau meningitik, di perlukan perawatan di rumah sakit dan pemberian amfoterisin B intravena. Penyakit tulang atau sendi mungkin memerlukan debridement selain terapi antijamur.

Share this :