Gejala
Klinis
Pasien mengalami Pre-eklamsia biasanya datang
pada trimester ketiga kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria, disertai
salah satu atau semua keadaan berikut: edema nondependen, nyeri kepala, dan
ganguan penglihatan. Hermolisis, peningkatan enzim hati (elevated liver enzimes), dan konsentrasi trombosit rendah (low
platelet concentration) kadang-kadang terlihat; kelainan-kelainan tersebut
merupakan tanda khas sindrom HELLP, suatu subtipe pre-eklamsia. Jarang, pasien
datang setelah atau selama serangan kejang eklamsia.
Patofisiologi
Pre-eklamsia adalah suatu sindrom yang
spesifik pada kehamilan yang didefinisikan sebagai hipertensi (140/90 mmHg atau
lebih tinggi) dan proteinuria (0,3 g atau lebih lebih per 24 jam), dengan onset
yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Eklamsia didefinisikan sebagai
sindrom serangan kejang beronset baru yang terjadi pada pasien yang telah
terdiagnosis mengalami pre-eklamsia. Pre-eklamsia terjadi pada 5-8% kehamilan,
dengan sekitar 1% kasus berkembang menjadi eklamsia. Penyebab pre-eklamsia
tidak diketahui; namun, perubahan vaskular yang terjadi menyebabkan vasospasme
dan kerusakan endotel. Keadaan tersebut menyebabkan hipertensi, edema, dan
kerusakan organ target. Faktor resiko untuk pre-eklamsia meliputi primiparitas,
kehamilan multipel, riwayat pra-eklamsia, hipertensi kronik, penyakit autoimun,
diabetes pragestasional, nefropati, obesitas, usia lebih dari 35 tahun, dan ras
Afrka-Amerika.
Diagnosis
Karena keluhan yang timbul untuk pre-eklamatik
sering samar, dokter harus memiliki kecurigaan yang tinggi. Penilaian tekanan
darah menunjukkan diagnosis, dan pemeriksaan dipstick urin untuk protein dapat dilakukan secara cepat (nilai 1+
atau lebih mencurigakan). Enzim hati, hitung darah lengkap, dan laktat
dehidrogenase atau apusan darah perifer memberikan hasil abnormal pada pasien
yang memperlihatkan varian HELLP. Pada paien yang datang dengan serang kejang,
penyebab lain harus disingkirkan, termasuk malformasi ateriovenosa, ruptur
aneurisma, dan ganguan serangan kejang idiopatik.
Komplikasi
Klinis
Hipertensi, vasospasme, dan kerusakan endotel
yang terjadi pada pre-eklamsia dapat menyebabkan berbagai hal yang tidak
diinginkan. Edema serebri dan herniasi, perdarahan intrakranial, gagal ginjal,
hematoma hepatik subkapsular dan ruptur kapsul hepar, serta edema paru berperan
pada moralitas maternal. Morbiditas dan mortalitas fetal timbul akibat solusio
plasenta, kelahiran prematur, dan pertumbuhan terhambat.
Tata
Laksana
Pengobatan pre-eklamsia adalah kelahiran;
namun, cara dan waktu kelahiran harus diputuskan secara individual. Konsultasi
obtetrik harus dilakukan sesegera mungkin, dengan mentransfer ke fasilitas
perawatan tersier untuk kehamilan preterm. Jika gestasi kurang dari 34 minggu,
kortikosteroid harus diberikan untuk memacu maturasi paru pada kelahiran. Untuk
pasien dengan eklamsia, kontrol tekanan darah dan aktivitas serang kejang
adalah tindakan terpenting. Tekanan darah diastolik lebih dari 105-110 mmgHg
harus diobati dengan antihipertensi parental; labetalol dan hidralazin telah
dipelajari secara luas. Uji terkontrol acak prospektif menunjukkan bahwa
magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk serangan kejang eklamsia, dan
dapat diberikan secara intravena atau
intramuskular.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar