Penyakit Pada Anak yang Tidak Di imunisasi (Difteri Pediatri)

11:13:00

Gejala Klinis
Difteri secara klasik bermanifestasi pada anak berusia 1-9 tahun, tetapi dapat terjadi pada orang dewasa yang tidak di imunisasi. Penyakit ini memiliki onset perlahan, dimulai dengan nyeri tenggorok dan demam ringan yang disertai mual, muntah, dan diare. Faring pada awalnya merah, tetapi timbul lesi putih keabuan dan berkoalesensi menjadi satu membran yang menutupi tonsil, platum molle, dan uvula dalam 24 jam. Membran tidak mudah diangkat dan berdarah bila diangkat secara paksa.

Patofisiologi
Corynebacterium diphtheriae adalah suatu organisme batang Gram-positif, berbentuk menyerupai tongkat pemukul dengan masa inkubasi 2-5 hari. Strain toksigenik menghasilkan toksin difteri yang menginaktivasi translokase ribosom, yang mencegah translasi mRNA menjadi peptida selular.

Diagnosis
Diagnosis difteri bersifat klinis, didasarkan pada adanya pseudomembran putih/abu-abu klasik yang menutupi permukaan mukosa. Pada setiap kasus yang dicurigai, sampel harus dikultur dalam medium Loefler dan dianalisis virulensi dengan uji difusi gel untuk toksigenisitas. Difteri dapat terjadi pada setiap permukaan mukosa dan menyebabkan difteri nasal, laringeal, dan kutaneus. Limfadenopati servikal biasanya timbul. Pada kasus penyakit sedang (moderat), gejala mulai hilang dalam 5-6 hari bahkan tanpa penggunaan antitoksin, meskipun antitoksin meningkatkan laju resolusi gejala. Pada penyakit berat (“difteri bullneck/leher sapi”), gejala yang terjadi sangat parah dan seluruh leher membengkak, menyebabkan bentuk yang khas dengan bahaya gangguan saluran napas.

Komplikasi Klinis
Dehidrasi seringkali terjadi akibat disfagia. Obstruksi saluran napas dapat terjadi dan dapat menyebabkan kematian pada kasus yang berat. Miokarditis sering ditemukan, dan perubahan degeneratif terjadi pada sistem saraf pusat pada hampir semua kasus fatal. Serum sickness dapat terjadi setelah pengobatan dengan antioksin kuda.

Tata Laksana

Tatal laksana saluran napas adalah yang terpenting pada semua kasus yang dicurigai difteri faring. Hidrasi intravena harus mulai diberikan untuk mencegah dehidrasi. Pasien yang diduga difteri harus ditempatkan dalam ruang isolasi dan harus menerima antitoksin difteri. Penisilin dan eritomisin adalah obat-obat pilihan; kedaunya aktif melawan C.diphtheriae serta spesies streptokokus, yang ditemukan dalam ju,lah besar pada kasus difteri.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔