Gejala Klinis
Difteri
secara klasik bermanifestasi pada anak berusia 1-9 tahun, tetapi dapat terjadi
pada orang dewasa yang tidak di imunisasi. Penyakit ini memiliki onset
perlahan, dimulai dengan nyeri tenggorok dan demam ringan yang disertai mual,
muntah, dan diare. Faring pada awalnya merah, tetapi timbul lesi putih keabuan
dan berkoalesensi menjadi satu membran yang menutupi tonsil, platum molle, dan
uvula dalam 24 jam. Membran tidak mudah diangkat dan berdarah bila diangkat
secara paksa.
Patofisiologi
Corynebacterium
diphtheriae adalah suatu organisme batang Gram-positif, berbentuk menyerupai
tongkat pemukul dengan masa inkubasi 2-5 hari. Strain toksigenik menghasilkan
toksin difteri yang menginaktivasi translokase ribosom, yang mencegah translasi
mRNA menjadi peptida selular.
Diagnosis
Diagnosis
difteri bersifat klinis, didasarkan pada adanya pseudomembran putih/abu-abu
klasik yang menutupi permukaan mukosa. Pada setiap kasus yang dicurigai, sampel
harus dikultur dalam medium Loefler dan dianalisis virulensi dengan uji difusi
gel untuk toksigenisitas. Difteri dapat terjadi pada setiap permukaan mukosa
dan menyebabkan difteri nasal, laringeal, dan kutaneus. Limfadenopati servikal
biasanya timbul. Pada kasus penyakit sedang (moderat), gejala mulai hilang
dalam 5-6 hari bahkan tanpa penggunaan antitoksin, meskipun antitoksin
meningkatkan laju resolusi gejala. Pada penyakit berat (“difteri bullneck/leher
sapi”), gejala yang terjadi sangat parah dan seluruh leher membengkak,
menyebabkan bentuk yang khas dengan bahaya gangguan saluran napas.
Komplikasi Klinis
Dehidrasi
seringkali terjadi akibat disfagia. Obstruksi saluran napas dapat terjadi dan
dapat menyebabkan kematian pada kasus yang berat. Miokarditis sering ditemukan,
dan perubahan degeneratif terjadi pada sistem saraf pusat pada hampir semua
kasus fatal. Serum sickness dapat terjadi setelah pengobatan dengan
antioksin kuda.
Tata Laksana
Tatal laksana
saluran napas adalah yang terpenting pada semua kasus yang dicurigai difteri
faring. Hidrasi intravena harus mulai diberikan untuk mencegah dehidrasi. Pasien yang
diduga difteri harus ditempatkan dalam ruang isolasi dan harus menerima
antitoksin difteri. Penisilin dan
eritomisin adalah obat-obat
pilihan; kedaunya aktif melawan C.diphtheriae serta spesies
streptokokus, yang ditemukan dalam ju,lah besar pada kasus difteri.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar