Pemahaman dan Cara Penanganan Penyakit Karsinoma Sel Skuamosa

12:31:00

Gejala Klinis
Pasien yang mengalami karsinoma sel skuamosa (SCC, squamous cell carcinoma) datang ke unit gawat darurat (UGD) dengan keluhan memuiliki lesi atau ulserasi kulit. SCC juga dapat ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksa kulit.

Patofisiologi
SCC terjadi dari keratosis aktinik di area yang terpajan sinar matahari secara kronik. Keratinosit atipikal dari lesi prekursor yang potensial tersebut dapat menginvasi dermis. SCC in situ (SCC intraepidermal) secara histologis memperlihatkan atipia full-thickness. Perkembangan selanjutnya menyebabkan SCC invasif yang jelas. Alternatifnya, SCC dapat terjadi di area trauma berulang yang membentuk parut, atau luka bakar. Karsinogen kimiawi (termasuk arsen dan tembakau) dan kondisi medis (misalnya infeksi human papillomavirus (HPV), keganasan internal) merupakan faktor resiko tambahan.

SCC adalah keganasan kulit kedua tersering, setelah karsinoma sel basal (BBC, basal cell carcinoma). Insidensi tahunan SCC lebih sering terjadi pada laki-laki (4:1) dan seiring bertambahnya usia (sebagian besar pasien berusia lebih dari 50 tahun, dan terutama terdapat peningkatan risiko setelah usia 75 tahun). Orang Kaukasia memiliki resiko selama hidup sebesar 10%. Penyakit jarang terjadi pada orang Afrika-Amerika, Hispanik, dan Asia.

Diagnosis
Kecurigaan klinis merupakan cara diagnosis utama di unit gawat darurat. Keratosis aktinik adalah papul keratotik berukuran kecil yang eritematosa, atau bercak bersisik yang seringkali ditemukan saat palpasi. SCC insitu dikenal sebagai papul atau plak yang eritematosa, sedikit keratotik, dan agak meninggi dengan tekstur menyerupai beludru dan tepi iregular yang jelas. Keadaan ini sering keliru dianggap sebagai eksema.  SCC adalah suatu papul atau nodul keratotik. SCC tumbuh secara lambat dan dapat memperlihatkan krusta atau ulserasi sentral bersamaan dengan lesi yang membesar. Lokasi paling sering tempat terjadinya SCC adalah kepala, leher, dan punggung tangan. Dapat terjadi “tanduk” kutaneus yang menunjukkan hiperkeratosis. Jika diagnosis tidak pasti, evaluasi ketika menjalani perawatan follow-up dapat meliputi biopsi eksisi diagnostik, biopsi punch, atau biopsi shave.

Komplikasi Klinis
Komplikasi SCC meliputi metastasis dan rekurensi. Tempat yang sering mengalami metastasis adalah kelenjar getah bening, paru, dan hati.

Tata Laksana

Pasien dengan lesi berisiko tinggi (seperti yang dijelaskan pada bagian ini) harus dirujuk ke ahli dermatologi. Eksisi bedah adalah pengobatan lini pertama untuk kecurigaan keganasan kulit. Semua jaringan apapun yang dieksisi di unit gawat darurat harus dikirim untuk pemeriksaan patologik, tidak peduli seberapa jinak lesi yang dapat tampak. Kuratase dan elektrodesikasi, serta pilihan pengobatan lainnya, dapat dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan masing-masing individu.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔