Gejala Klinis
Trias klasik
gejala kehamilan etopik (KE), terdiri dari perdarahan vagina, amenorea, dan
nyeri abdomen, meskipun gejala-gejala tersebut juga dapat timbul pada kehamilan
intrauterin (IUP, intrauterin pregnancy). Pasien dengan ruptur tuba dapat
mengalami nyeri abdomen yang berat, tanda rangsang peritoneal, dan hipovolemia.
Faktor resiko KE meliputi riwayat operasi tuba, riwayat EP, riwayat penyakit
radang panggul, reproduksi yang dibantu, dan adanya alat intrauterin (IUD,
intrauterin device). Namun, tingkat kecurigaan tinggi harus dipertahankan,
karena 40-50% KE terjadi pada pasien tanpa faktor risiko.
Patofisiologi
KE
didefinisikan sebagai kehamilan yang terjadi di luar rongga uterus. KE terjadi
pada 2% dari seluruh kehamilan dan menyebabkan 9% dari selruh kematian
maternal. Implantasi ovum yang telah difertilasasi dapat terjadi pada semua
titik di sepanjang jalur dari ovarium sampai endometrium, meskipun 97% KE
terjadi dituba fallopi. Kehamilan heteropik (terjadi bersamaan dengan IUP dan
KE) sangat jarang terjadi (1 dalam
3.000-8.000 kehamilan) jika tidak diberikan pengobatan fertilitas.
Diagnosis
Ultrasonografi
transvagina seharusnya mendeteksi IUP jika konsentrasi β-human chorionic gonadotropin (hCG) lebih dari 1.500
mIU/mL. KE harus dicurigai pada uterus
kosong dengan kadar hCG melebihi nilai ambang tersebut. hCG serum yang negatif
merupakan dasar untuk menyingkan KE. Pada pasien dengan hCG kurang dari 1.500
mIU/mL dan tidak ada tanda ruptur (misalnya tanda ransang peritoneal.
Instabilitas hemodinamik, cairan peritoneal). Perlu dilakukan konsultasi
obtetrik dan follow-up dalam 48 jam untuk pemeriksaan ulang hCG. Peningkatan
kadar hCG yang tidak sesuai (kurang dari 66% dalam 48 jam) dicurigai sebagai
KE.
Komplikasi Klinis
Komplikasinya
meliputi syok hipovolemik, pembentukan perut tuba, dan infertilitas.
Tata Laksana
Pasien hamil
dengan instabilitas hemidianamik dan riwayat yang sesuai dengan KE akan
memerlukan konsultasi obstetrik emergensi, resusitasi cairan menggunakan jarum
berdiameter besar, dan kemungkinan transfusi darah sebelum pemeriksaan
diagnostik dilakukan. Pasien yang stabil dengan tanda ruptur tuba (tanda atau
cairan peritoneal) juga memerlukan resusitasi dan konsultasi obstetrik
emergensi. Pasien yang stabil tanpa bukti ruptur dapat menjadi kandidat untuk
mendapat pengobatan laparoskopik atau terapi medis dengan ahli kebidanan harus
dilakukan untutk menentukan tindakan yang paling baik. Jika diagnosis tidak
pasti dan pasien stabil, follow-up dengan ahli kebidanan dan pemeriksaan ulang
hCG dalam 48 jam dapat dilakukan.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar