Kehamilan Etopik

10:21:00

Gejala Klinis
Trias klasik gejala kehamilan etopik (KE), terdiri dari perdarahan vagina, amenorea, dan nyeri abdomen, meskipun gejala-gejala tersebut juga dapat timbul pada kehamilan intrauterin (IUP, intrauterin pregnancy). Pasien dengan ruptur tuba dapat mengalami nyeri abdomen yang berat, tanda rangsang peritoneal, dan hipovolemia. Faktor resiko KE meliputi riwayat operasi tuba, riwayat EP, riwayat penyakit radang panggul, reproduksi yang dibantu, dan adanya alat intrauterin (IUD, intrauterin device). Namun, tingkat kecurigaan tinggi harus dipertahankan, karena 40-50% KE terjadi pada pasien tanpa faktor risiko.

Patofisiologi
KE didefinisikan sebagai kehamilan yang terjadi di luar rongga uterus. KE terjadi pada 2% dari seluruh kehamilan dan menyebabkan 9% dari selruh kematian maternal. Implantasi ovum yang telah difertilasasi dapat terjadi pada semua titik di sepanjang jalur dari ovarium sampai endometrium, meskipun 97% KE terjadi dituba fallopi. Kehamilan heteropik (terjadi bersamaan dengan IUP dan KE) sangat jarang terjadi (1 dalam  3.000-8.000 kehamilan) jika tidak diberikan pengobatan fertilitas.

Diagnosis
Ultrasonografi transvagina seharusnya mendeteksi IUP jika konsentrasi β-human chorionic gonadotropin (hCG) lebih dari 1.500 mIU/mL. KE harus dicurigai pada  uterus kosong dengan kadar hCG melebihi nilai ambang tersebut. hCG serum yang negatif merupakan dasar untuk menyingkan KE. Pada pasien dengan hCG kurang dari 1.500 mIU/mL dan tidak ada tanda ruptur (misalnya tanda ransang peritoneal. Instabilitas hemodinamik, cairan peritoneal). Perlu dilakukan konsultasi obtetrik dan follow-up dalam 48 jam untuk pemeriksaan ulang hCG. Peningkatan kadar hCG yang tidak sesuai (kurang dari 66% dalam 48 jam) dicurigai sebagai KE.

Komplikasi Klinis
Komplikasinya meliputi syok hipovolemik, pembentukan perut tuba, dan infertilitas.

Tata Laksana

Pasien hamil dengan instabilitas hemidianamik dan riwayat yang sesuai dengan KE akan memerlukan konsultasi obstetrik emergensi, resusitasi cairan menggunakan jarum berdiameter besar, dan kemungkinan transfusi darah sebelum pemeriksaan diagnostik dilakukan. Pasien yang stabil dengan tanda ruptur tuba (tanda atau cairan peritoneal) juga memerlukan resusitasi dan konsultasi obstetrik emergensi. Pasien yang stabil tanpa bukti ruptur dapat menjadi kandidat untuk mendapat pengobatan laparoskopik atau terapi medis dengan ahli kebidanan harus dilakukan untutk menentukan tindakan yang paling baik. Jika diagnosis tidak pasti dan pasien stabil, follow-up dengan ahli kebidanan dan pemeriksaan ulang hCG dalam 48 jam dapat dilakukan.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔