Sebanyak 30% pasien dengan sifilis sekunder
yang tidak diobati akan mengalami penyakit tersier. Patologi multisistem yang
dikaitkan dengan sifilis tersier dapat meliputi penyakit kardiovaskular,
oftalmologik, dan neurologik. Neurofilis jarang terjadi, tetapi dapat
disebabkan oleh inflamasi meningeal kronik.
Tata
Laksana
Penisilin parental masih merupakan obat
pilihan untuk pengobatan sifilis. Penetrasi jaringan oleh penisilin oral tidak
adekuat. Dosis Dewasa yang dianjurkan untuk pengobatan sifilis primer,
sekunder, atau laten adalah benzatin penisilin G sebesar 2,4 juta unit yang
diberikan secara intramuskular (IM) dalam dosis tunggal. Dosis untuk anak
adalah benzatin penisilin G, sebesar 50.000 unit/Kg IM, sampai dosis dewasa 2,4
juta unit dalam dosis tunggal. Sifilis tersier harus diobati, dengan dosis IM
yang sama seperti sifilis primer, tetapi pengobatan diulangi sekali seminggu
selama 3 minggu. Pasien anak juga harus menjalani pemeriksaan cairan
serebrospinal untuk mengatasi kemungkinan terjadinya neurosifilis asimtomatik.
Sifilis yang mengenai sistem saraf (SSP) memerlukan benzatin penisilin G dengan
dosis 4 juta unit IM atau intravena setiap 4 jam selama 10 hari. Kasus sifilis
didapat pada anak memerlukan evaluasi yang tepat terhadap adanya pelecehan
seksual. Kegagalan pengobatan dapat terjadi, dan diperlukan follow-up , dengan pemeriksaan klinis
dan uji serologik berulang sekurang-kurangnya 6 bulan dan 12 bulan setelah
pengobatan. Pasien yang alergi penisilin tanpa penyakit SSP harus diobati
dengan tetrasiklin (500mg per oral empat kali sehari selama 14 hari) atau
doksisiklin (100mg per oral dua kali sehari selama 14 hari). Pasien yang alergi
penisilin yang berusia kurang dari 8 tahun, yang sedang hamil, yang terinfeksi
HIV, atau yang menderita penyakit SSP harus menjalani desensitisasi dan
kemudian diobati dengan penisilin.
Reaksi Jarisch-Herxheimer adalah suatu reaksi
demam yang terjadi dalam 24 jam setelah pengobatan untuk sifilis. Demam dapat
disertai keluhan sistemik lain, termasuk mialgia difus, nyeri kepala,
hipotensi, takipnea, atau beberapa kombinasi keadaan tersebut. Reaksi
Jarisch-Herxheimer terlihat pada lebih dari 50% pasien dengan penyakit primer
atau sekunder, tetapi kurang sering terjadi pada pasien dengan penyakit laten
dini. Selama kehamilan, reaksi Jarisch-Herxheimer dapat menyebabkan kontraksi,
kelahiran prematur, atau kematian janin, tetapi ketakutan akan komplikasi
seharusnya tidak menghalangi pengobatan.
Semua pasangan seksual harus mencari
pertolongan medis untuk menentukan resiko penularan. Pengobatan empirik
dianjurkan untuk pasangan yang beresiko tinggi: yang lain dapat di pantau
dengan uji serologik. Uji untuk infeksi menular seksual lain, termasulk HIV,
wajib dilakukan.
Gejala Klinis sifilis (baca disini)
Patofisologi dan cara diagnosis sifilis (baca disini)
0 Komentar
Penulisan markup di komentar