Cara Pengobatan Dan Penanganan Penyakit Granuloma Piogenik

12:34:00

Gejala Klinis
Granuloma piogenik (PG, pyogenic granuloma) paling sering terjadi pada anak dan oarng dewas muda, dengan varian khas pada perempuan hamil. Pasien datang dengan nodul yang tumbuh cepat dikulit atau membran mukosa. Nodul mudah pecah dan dapat menyebabkan perdarahan sebagai bagian dari keluhan utama.

Patofisiologi
Istilah granuloma piogenik sebenarnya tidak tepat, karena lesi tidak prupelen maupun granulomatosa. PG sebenarnya adalah vaskular didapat yang bersifat jinak. PG diketahui terjadi sebagai respons terhadap cedera atau faktor hormonal, meskipun tidak secara eksklusif. Terdapat perdebatan apakah lesi penyebab adalah suatu hemangioma atau proliferasi hiperplastik dan jaringan granulasi.

Diagnosis
Lesi PG secara khas merupaka nodul kecil (berdiameter kurang dari 1cm) yang tumbuh dengan cepat, soliter dan berwarna kuning sampai merah terang. Permukaannya dapat lobular atau ulseratif, dengan tekstur basah atau menyerupai sisik. Lesi seringkali menjadi pendunkulata dengan terbentuknya tangkai seperti sisik atau “kolaret”. Distribusi yang paling sering adalah regio kepala dan leher (62,5%), diikuti batang tubuh (19,7%), dan ekstremitas (bagian atas lebih berat dari pada bagian bawah;17,9%). Dalam pola ini, membran mukosa dan jari merupakan tempat yang paling sering terkena. Bila ditemukan saat hamil, lesi PG memiliki ciri khas terdapat pada gusi dan disebut sebagai tumor kehamilan. Diagnosis banding PG meliputi kondisi keganasan seperti melanoma amelanotik (terutama jika ditemukan disepanjang bantalan kuku), angiosarkoma, karsinoma sel basal (BBC, basal cell carcinoma), dan karsinoma sel skuamosa (SSC, squamous cell carcinoma). Biopsi untuk karakteristik histopatologik mengkonfirmasi diagnosis.

Komplikasi Klinis
Komplkasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan yang banyak dari lesi yang refrakter terhadap tekanan. Rekurensi juga terjadi jika terdapat jaringan abnormal yang menetap setelah pengobatan awal. Lesi satelit multipel terjadi setelah eksisi lesi primer soliter, namun hal ini jarang terjadi.

Tata Laksana

Kauterisasi kimiawi dengan perak nitrat adalah tindakan hemostasis yang efektif di unit gawat darurat (UGD); eksisi, kuretase, dan terapi laser adalah tindakan yang tersedia untuk pengangkatan lesi. Jika perlu, rujukan ahli dermatologi, ahli otolaringologi, atau dokter perawatan primer yang cakap merupakan suatu disposisi yang dapat diterima. 

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔